PSIKOLOGI OLAHRAGA
Exercise and Psychological Well-Being
(Latihan dan Kesehatan Psikologis)
Oleh:
RIZKI KURNIATI
NIM 10711251017
Ditulis untuk memenuhi persyaratan tugas semester psikologi olahraga
Program Studi Ilmu Keolahragaan
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2011
A. PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi zaman sekarang membuat hidup manusia menjadi lebih mudah. Bagaimanapun, telfon, mesin fax, computer, pesan singkat, internet, dan komunikasi yang lain membuat hidup lebih mudah tetapi akan lebih rumit dan tertekan. Banyaknya penyakit zaman sekarang disebabkan oleh kecemasan, stress dan depressi. Menurut WHO depresi merupakan penyebab kematian ke dua yang menyerang jantung di tahun 2020 (Muraay & Lopez, 1997). Pada kenyataannya banyak penelitian, observasi, bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kesehatan psikologi. Latihan dapat menghilangkan rasa cemas, stress dan depresi. Penelitian lima sampai sepuluh tahun terakhir menyimpulkan bahwa latihan berperan dalam menurunkan rasa cemas, stress, dan depresi, serta dapat meningkatkan kesejahteraan secara psikologis (Landers, 1999; Landers & Aent, 2001).
Olahraga teratur merupakan bagian terpenting dalam hidup sehat. Orang yang aktif dalam latihan fisik atau berolahraga akan merasa lebih baik dan merasa sehat. Latihan juga dapat mempertahankan berat badan dan bentuk badan agar tetap ideal. Sebagian besar orang membutuhkan latihan fisik selama 30menit dalam lima hari per minggu. Memilih jenis olahraga yang tepat dan menyenangkan akan lebih termotivasi dalam melakukan latihan fisik. Dengan latihan fisik akan meningkatkan kesejahteraan secara psikologis. Efek positif ini akan merubah penyakit seperti osteoporosis, hipertensi, jantung koroner, dan kanker, serta meningkatkan kesejahteraan secara psikologis (Blair, 1995).
B. MELEPASKAN KECEMASAN DAN DEPRESI DENGAN LATIHAN
Di Amerika serikat catatan permasalahan kesehatan mental sekitar 30% dari rumah sakit dan 10% dalam pengobatan. Permasalahan kesehatan mental menjadi perhatian utama seperti, kecemasan dan depresi (lebih banyak dialami oleh wanita dari pada pria). Mereka yang mengalami emosi yang tidak menyenangkan dapat melakukan latihan teratur sebagai terapi untuk mengurangi perasaan cemas dan depresi. Permasalahan kesehatan psikologi ini tidak hanya dialami oleh masyarakat Amerika. Sebagai hasil survey ditemukan di Inggris, Belanda, bahwa latihan teratur lebih efektif dalam menurunkan perasaan depresi.
Banyak penelitian yang membandingkan hubungan antara latihan dalam mengurangi kecemasan dan depresi, latihan dapat merubah keadaan emosional seseorang dalam mengurangi kecemasan, dan depresi. Pengaruh latihan pada kecemasan, stress, depresi dapat diklasifikasikan sebagai acute (berat) atau chronic (menetap). Efek akut terfokus pada efek langsung dan tidak bersifat menetap meskipun berat tetapi dalam jangka waktu yang tidak lama. Psikolog olahraga juga mempelajari efek jangka panjang (chronic) pada latihan, menyelidiki kebenaran motto “di dalam pikiran yang sehat terdapat jiwa yang sehat.” Dampak kronis dari latihan ini difokuskan pada perubahan waktu ke waktu dari kecemasan dan depresi.
Sebagian besar penelitian tentang hubungan antara latihan dan kesejahteraan psikologis menggunakan olahraga aerobic. Meskipun dipercai bahwa latihan membutuhkan durasi yang cukup dan intensitas untuk menghasilkan efek positif secara psikologis, banyak penelitian baru menunjukan bahwa latihan intensitas tinggi pada olahraga aerobic tidak mutlak dibutuhkan untuk menghasilkan efek positif (Berger & Motl, 2001; Hobson & Rejeski, 1993; Landers & Arent 2001).
Pada kenyataannya, aktivitas dengan intensitas sedang seperti latihan beban atau latihan kekuatan, yoga, dan olahraga nonaerobik lainnya dapat menghasilkan efek positif kesejahteraan psikologis. Dalam hal ini dapat menurunkan kecemasan dan depresi, serta dapat mengubah perasaan positif dan kesehatan mental.
C. LATIHAN DALAM MENGURANGI KECEMASAN
Pembelajaran bagaimana latihan mempengaruhi dalam menurunkan kecemasan memiliki dua tipe, yang salah satu diantaranya difokuskan untuk diteliti acute (jangka pendek) atau chronic (jangka panjang) yang lebih difokuskan kepada acute (jangka pendek). Penelitian pada efek chronic (menetap) dari latihan telah melibatkan program-program yang berlangsung sekitar 2 sampai 4 bulan, dengan 2 sampai 4 sesi per minggu.
Sebagai contoh, dua studi (Long, 1984; Long & Haney, 1988) dibandingkan berbagai teknik pengurangan kecemasan, seperti penyakit stress dan peningkatan relaksasi, dengan jogging sebagai pengatur stress. Dalam kedua studi kelompok jogging dan kelompok manajemen stress menunjukan penurunan yang signifikan kecemansan dibandingkan dengan kelompok control. Harus disadari bahwa untuk mengurangi kecemasan harus dilakukan tindak lanjut hingga 15minggu.
Sebagian besar penelitian tentang efek acute dari latihan berfokus pada pengurangan kecemasan dari luar. Serupa dengan penelitian sebelumnya (Landers & Arent, 200l; Taylor, 2001), penelitian terbaru (Focht & Hausenblas, 2001; Ekkekakis, Hall, & Petruzello, 1999) menunjukan bahwa latihan aerobic menghasilkan penurunan kecemasan yang rendah dan skor ketenangan yang lebih tinggi. Tetapi, penelitian berikutnya mengungkapkan bahwa latihan aerobic meningkatkan energi yang positif. Selain itu, penelitian baru-baru ini telah mengungkapkan bahwa latihan intensitas sedang menghasilkan dampak positif dalam respon afektif (Arent, Landers, Matt, & Etnier, 2005).
Misalnya, Aktivitas seperti berjalan kaki dapat mengurangi kecemasan sementara (cemas akan tanggung jawab, pertemuan, presentasi). Jika kecemasan sementara berkaitan dengan ancaman fisik langsung seperti saat pertandingan, bermain ski pada lereng yang curam, maka latihan dan keterampilan yang bertambah akan membantu menghilangkan kecemasan yang akan datang. Para ahli medis, psikologi, dan pakar olahrga sependapat bahwa latihan jangka panjang (chronic) dapat menurunkan dan mengurangi kecemasan (Morgan & Goldston, 1987).
Martinsen & Stephens, (1994); Mutrie & Biddle, (1995) menemukan hubungan antara olahraga dalam pengurangan kecemasan. Sebagai contoh, studi yang dilakukan antara tahun 1960 dan 1992 menyimpulkan bahwa aktivitas fisik yang terkait dengan pengurangan kecemasan berikut latihan (19% menunjukan dukungan untuk kesimpulan tersebut). Berdasarkan ratusan studi yang melibatkan ribuan peserta tentang efek positif dari latihan dalam mengurangi kecemasan acute dan chronic (tidak hanya disebabkan latihan dan istirahat), berikut tambahan temuan yang mendukung:
§ Program latihan jangka panjang (sesi dilakukan beberapa minggu, bukan jam atau hari) lebih efektif dari pada latihan jangka pendek dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis.
§ Penurunan kecemasan dan depresi setelah olahraga aerobic dapat dicapai dengan intensitas antara 30% dan 70% dari maksimal denyut jantung (penelitian awal menunjukan latihan dengan intensitas denyut jantung maksimal 70% untuk mencapai manfaat psikologis). Untuk latihan anaerobic (latihan beban), efek perubahan mood pada kisaran yang lebih rendah (30%-50%) dari denyut jantung maksimal.
§ Latihan penurunan kecemasan lebih efektif untuk individu yang mengalami peningkatan kecemasan, bahkan latihan pengurangan kecemasan untuk orang yang rendah tingkat kecemasannya.
§ Lama latihan secara signifikan mengurangi kecemasan, bahkan efek terbesar ditemukan pada periode 30 menit (terutama dibawah kondisi intensitas sedang).
§ Kembalinya kecemasan pada tingkat sebelum latihan dalam waktu 24jam (mungkin lebih cepat 4-6 jam).
§ Latihan berkaitan dengan penurunan kecemasan otot.
§ Penurunan kecemasan tidak selalu terikat untuk keuntungan fisiologis dari hasil latihan.
§ Penurunan kecemasan setelah latihan terlepas dari intensitas, durasi, atau tipe dari latihan (walaupun efek terbesar dari aktivitas aerobic vs anaerobic).
§ Latihan aerobic dapat menghasilkan penurunan kecemasan sama dengan orang yang menggunakan treatment (pengobatan, perawatan) kecemasan.
§ Penurunan kecemasan setelah latihan terjadi kepada semua jenis peserta (contoh, pria atau wanita, sehat atau tidak sehat, cemas atau tidak cemas, sehat atau tidak sehat, muda atau tua, atau tanpa gangguan kecemasan).
Latihan Chronic dan Kesehatan Mental
Lembaga Nasional Kesehatan Mental mengadakan panel untuk mendiskusikan kemungkinan dan keterbatasan dari aktivitas fisik untuk mengatasi stress dan depressi (Morgan & Goldston, 1987). Dalam hal latihan chronic dan kesehatan mental menyimpulkan sebagai berikut;
§ Kebugaran fisik berhubungan positif dengan kesehatan mental dan kesejahteraan.
§ Latihan berhungan dengan penurunan stress emosi, seperti kecemasan yang dipengaruhi lingkungan.
§ Kecemasan dan depresi merupakan gejala kegagalan dalam mengatasi stress mental, dan latihan berhungan dengan tingkat penurunan depresi dan stress ringan hingga sedang.
§ Latihan jangka panjang biasanya berhubungan dengan penurunan sifat seperti neurotic dan kecemasan.
§ Depressi berat biasanya membutuhkan perawatan professional, termasuk obat-obatan, terapi electroconvulsive, psikoterapi, atau kombinasi dari semua ini, dengan latihan sebagai tambahan.
§ Hasil latihan yang tepat dalam penurunan berbagai macam inidikasi stress, seperti ketegangan otot, denyut jantung, dan beberapa stress yang disebabkan hormon. Pendapat klinis ini menyatakan bahwa latihan memiliki efek emosional yang menguntungkan untuk semua jenis usia, jenis kelamin.
§ Secara kesehatan orang yang membutuhkan pengobatan psikoterapi (mengubah suasana hati) secara aman dapat melakukan latihan dibawah pengawasan medis.
D. LATIHAN DALAM MENGURANGI DEPRESSI
Depresi merupakan sumber penderitaan manusia yang terdokumentasi secara baik, dan sekitar satu dari empat orang Amerika menderita depresi pada saat tertentu dengan peningkatan yang terus menerus selama 50tahun terakhir (Kessler et al., 2003). Depresi sering dialami oleh rermaja putri (dibawah 25tahun) atau wanita dewasa (25-45tahun) yang memiliki dua sampai enam kali tingkat depresi anak laki laki dan pria (Reigier et al., 1988). Selain itu seseorang yang mengalami depressi menghabiskan 1,5 kali lebih banyak perawatan kesehatan dari pada orang yang tidak depressi. Meskipun sebagian besar depresi diobati melalui resep obat atau terapi, baru-baru ini jajak pendapat mengindikasikan latihan sebagai sarana alternatife efektif kedua selain agama dalam mengatasi depresi.
Dalam sebuah studi yang menarik, peserta yang depresi secara acak dibagi dalam tiga kelompok (a) kelompok lari, (b) kelompok terbatas psikoterapi, (c) kelompok tidak terbatas psikoterapi. Kelompok lari secara individu bertemu dengan terapis lari tiga kali dalam satu minggu selama 45 menit. Subjek psikoterapi juga bertemu secara terpisah dengan seorang terapi, dalam sesi 10 menit untuk kelompok terbatas, dan tanpa batasan waktu untuk kelompok tidak terbatas. Setelah 10 minggu, pelari menunjukan hasil signifikan menurunkan skor depressi, sebanding dengan hasil terbaik yang diperoleh oleh kelompok psikoterapi (Griest, Klein, Eischens, & Faris, 1978).
Dalam studi yang berbeda (Blumenthal et al., 1999) peserta (didiagnosi depressi klinis) secara acak untuk melakukan program latihan aerobic tiga kali dalam satu minggu, dengan kombinasi pengobatan (Zoloft). Hasil penelitian setelah 16 minggu menunjukan tiga kelompok signifikan mengurangi gejala depresi, dengan latihan sama efektifnya dengan ke dua perlakuan lainnya. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukan olahraga mengurangi depresi klinis, dan hal ini disebabkan karena untuk kesuksesan diri (Craft, 2005). Studi menunjukan bahwa aktivitas fisik terlibat dalam pengurangan depresi dikalangan remaja laki-laki dan perempuan. Hasil ini menunjukan bahwa latihan mendahului perubahan depresi.
Beberapa temuan yang konsisten dari tinjauan yang berkenaan dengan hubungan antara latihan dan depresi adalah sebagai berikut;
§ Efek positif terlihat diseluruh kelompok usia, status kesehatan, status sosial, dan gender.
§ Latihan sama efektifnya dengan psikoterapi dalam mengurangi depresi.
§ Latihan menghasilkan efek antidepresi lebih besar ketika program latihan minimal selam 9 minggu.
§ Kedua latihan anerobik dan aerobic berhungan dengan pengurangan depresi.
§ Pengurangan depresi setelah latihan tidak tergantung pada tingkat kebugaran jasmani.
E. MENIGKATKAN MOOD DENGAN LATIHAN
Mood dapat didefiniskan sebagai perasaan/suasana hati yang dialami sementara waktu, meningkatan secara afektif dari lingkungan serta dapat berdampak positf dan negative (Berger, Paragman, & Weinberg, 2002). Perasaan kegembiraan, kebahagiaan, atau kesedihan yang berlangsung beberapa jam bahkan beberapa hari adalah contoh dari suasana hati (mood). Kepercayaan diri dan harga diri disisi lain adalah ciri kepribadian. Instruman utama mengukur perubahan mood untuk olahraga dan latihan menggunakan Profile of Mood States (POMS; McNair et al., 1971), yang meliputi subskala kecemasan, depresi, kelelahan, kemarahan, kekuatan, dan kebingungan. Tiga pengukuran lain yang populer yaitu; (1) positive affect-negative affect scale (Watson, Clark, & Tellegen, 1988), mengukur pengaruh positif (misalnya, antusias, bersemangat) dan mengukur pengaruh negative (misalnya, sedih, marah); (2) The Activation-Deactivation Adjective Checklist (Thayer, 1986), mengukur dasar dari gairah semangat (misalnya, aktive, lincah) dan ketegangan (misalnya, takut, tegang); (3) Exercise-Induced Feeling Inventory (Gauvin & Rejeski, 1993), mengukur yang lebih baik, ketenangan, keterlibatan positif, dan kelelahan fisik dalam latihan.
Mood secara umum didefinisikan sebagai keadaan emosional atau afektif yang bervariasi, dan durasinya tidak permanen. Perubahan mood telah dipelajari dalam berbagai penelitian (Biddle, 2000). Sebagai contoh, psikologis dan psikiater menilai latihan sebagai teknik yang efektif dalam mengubah mood yang jelek. Mereka lebih memilih melakukan latihan dari pada teknik yang lain untuk memberikan semangat pada diri sendiri (Thayer, Newman, & McClain, 1994). Selain itu, beberapa penelitian menyimpulkan bahwa aktifitas fisik postif berkaitan dengan suasana hati positif, kesejahteraan, dan mengurangi gejala cemas dan depresi. Temuan lain menyatakan bahwa latihan berhubungan dengan penurunan kelelahan, dan kemarahan serta peningkatan semangat, pikiran jernih, energi, kewaspadaan dan meningkatakan kesejahteraan.
Hansen, Steven, dan Coast (2001) menunjukan peningkatan mood yang positif dengan latihan 10 menit dengan intensitas sedang, olahraga singkat dapat menghasilkan manfaat psikologis yang positif. Peneliti (Thayer et al., 1994) telah mengidentifikasi berbagai teknik untuk mengubah suasana hati, dikatagorikan dan dievaluasi keefektifan dari metode yang digunakan oleh laki-laki dan wanita (antara 16-89tahun). Terdapat tiga komponen hubungan dalam mengatur mood; (1) mengubah mood yang buruk, (2) meningkatkan energi seseorang, (3) mengurangi ketegangan. Penelitian ini menyimpulkan dari semua kategori perilaku terpisah yang menggambarkan perubahan suasana hati, salah satu contoh dapat dibuat latihan lebih efektif. Latihan merupakan hal yang paling baik dalam mengurangi mood yang buruk, dapat meningkatkan energi, sukses dalam mengurangi ketegangan. Diketahui bahwa latihan terkait dengan perubahan suasana hati yang positif (Plante, 1999). Perubahan suasana hati yang positif tidak datang secara otomatis dengan latihan. Hal ini dapat dilihat pada pedoman latihan untuk meningkatkan mood.
Pedoman menggunakan latihan untuk meningkatkan mood
Latihan dalam mencapai perubahan mood yang positif (temasuk mengurangi kecemasan, dan depresi), berikut pedoman yang disarankan oleh peneliti;
§ Pernafasan perut berirama (Rhythmic abdominal breathing)
Banyak peneliti telah mempelajari peran latihan arobik dan anaerobic dalam menghasilkan perubahan mood. Peneliti menyarankan olahraga aerobik untuk menghasilkan kesejahteraan psikologis, tetapi penelitan terbaru baik olahraga aerobic maupun anaerobic dapat efektif dalam meningkatkan mood. Terpenting adalah pernafasan perut yang berirama, seperti aktifitas yoga, tai chi, berjalan, berlari, bersepeda, dan berenang.
§ Relatif tidak adanya persaingan interpersonal (Relative absence of interpersonal completion)
Meskipun beberapa orang merasakan persaingan merupakan hal yang menyenangkan, sebagian besar penelitian telah menemukan bahwa persaingan tidak meningkatkan kesejahteraan psikologis. Kompetisi dapat menghasilkan overtraining, tekanan untuk menang, dan evaluasi sosial, sedangkan dalam lingkungan nonkompetitif para peserta dapat fokus pada kenikmatan aktivitas itu sendiri.
§ Tertutup dan kegiatan dapat diprediksi (Closed and predictable activities)
Lingkungan tertutup (misalnya, golf, renang) memungkinkan peserta untuk merencanakan gerakan mereka, dan kejadian tak terduga yang tidak mungkin. Kegiatan yang dilakukan peserta memungkinkan untuk menghilangkan pengaruh lingkungan saat sedang berolahraga.
§ Berirama dan gerakan berulang-ulang (Rhythmic and repetitive movement)
Gerakan yang berulang-ulang dan berirama seperti berjalan, berlari, dapat mendorong pemikiran peserta yang introspektif, berfikir kreatif. Perhatian lebih terfokus pada isu isu yang lebih penting.
§ Jangka waktu, Intesitas, frekuensi (Duration, intensity, frequency)
Peneliti telah menunjukan bahwa latihan dilakukan selama 20menit dengan durasi, dan intensitas sedang, dan harus dilakukan secara teratur (dua sampai tiga kali per minggu).
§ Kesenangan (Enjoyment)
Meskipun karakteristik dari latihan adalah penting (telah diuraikan), kemungkinan komponen yang paling penting adalah latihan harus menyenangkan. Latihan menyenangkan memungkinkan individu akan berolahraga dalam jangka waktu yang panjang.
F. MEMAHAMI EFEK LATIHAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
Bukti telah menunjukan hubungan positif antara latihan dan kesehahteraan psikologis. Beberapa hipotesis, baik psikologis dan fisiologis telah diusulkan untuk menjelaskan bagaimana latihan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Bagaimanapun, salah satu teori atau hipotesis utama yang mendukung menghasilkan mekanisme perubahan positif. Pada kenyataannya, perubahan positif dalam kesejahteraan psikologis merupakan interaksi antara mekanisme psikologis dan fisiologis. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan catatan sederhana potensi mekanisme psikologis dan fisiologis terhadap efek positif dari latihan pada kesejahteraan psikologis.
Penjelasan fisiologis | Penjelasan psikologis |
§ Peningkatan aliran darah ke otak § Perubahan neurotransmitter (misalnya, efineprin, endofrin, serotonin § Penigkatan konsumsi oksigen maksimal dan pengiriman oksigen ke jaringan otak § Penurunan keteganan otot § Perubahan structural otak | § Meningkatkan control perasaan § Merasa kompetansi dan keterampilan diri § Interaksi sosial yang positif § Peningkatan konsep diri dan harga diri § Kesempatan untuk bersenang dan kegembiraan |
Manfaat latihan terhadap psikologis pada populasi klinis dan nonklinis
Peningkatan Latihan (Exercise increase) | Penurunan Latihan (Exercise decrease) |
|
|
G. MENGUBAH PERSONALITY DAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN LATIHAN
Selain meneliti hubungan diantara latihan dan kecemasan, depresi, dan mood, peneliti menanyakan apakah latihan dapat mengubah kepribadian dan mental (fungsi) kognitif.
1. Personality (Kepribadian)
Sebuah studi klasik untuk menentukan dampak dari program kebugaran pada laki-laki setengah baya memperoleh beberapa informasi tentang bagaimana olahraga bisa mengubah kepribadian (Ismail &Young, 1973). Selama program, tingkat kebugaran serta efek psikologis mereka meningkat. Dilaporkan bahwa, tingkat kepercayaan diri meningkat, control emosi yang baik, peningkatan imajinasi, dan kemandirian diri yang besar.
Penelitian lain telah dilakukan untuk meneliti hubungan latihan dengan factor kepercayaan diri. McDonald dan Hodgdon (1991) menemukan latihan arobik (latihan kebugaran) meningkatkan kemandirian, kecerdasan, dan penurunan ketidak nyamanan. Selain itu, penelitian menggunakan popilasi klinis menunjukan penyesuaian perubahan positif dalam berbagai aspek kepribadian.
2. Latihan dan pengembangan diri
Latihan dan aktivitas fisik dapat berhubungan dengan konsep diri, harga diri, kemandirian (Fox, 1997). Konsep ini saling berhubungan, namun berbeda dalam perasaan dan kemampuan diri. Konsep diri menggabungkan seluruh aspek yang kita pikirkan, hal ini merupakan pusat kesadaran hidup kita. Banyak orang menganggap bahwa konsep diri merupakan pengukuran dari kesehatan psikologis. Olah raga teratur telah terbukti berkaitan dengan peningkatan kepercayaan diri.
Hal ini umumnya, percaya bahwa perubahan dalam tubuh sebagai hasil dari pelatihan fisik dapat meningkatkan konsep diri, dan kepercayaan diri. Berdasarkan literatur, Sonstroem dan Morgan (1989) menemukan bahwa latihan dihubungkan dengan peningkatan signifikan kepercayaan diri dan meningkatkan kepercayaan diri seseorang yang awalnya rendah. Sanstroem (1997a, 1997b) dalam observasinya menyatakan peningkatan kepercayaan diri setelah latihan mungkin hasilnya berasal dari persepsi terhadap perbaikan atau faktor program (biologis atau psikologis) bukan dari perbaikan kebugaran itu sendiri.
Berdasarkan penelitian terbaru, perubahan harga diri telah dipertahankan selama jangka waktu tertentu (minimal satu tahun). Sebagai contoh, penelitian pada wanita paruh baya dan lebih tua (Hardcastle & Taylor, 2005) menemukan latihan dari waktu ke waktu berkaitan dengan perubahan identitas diri sebagai peserta mencatatat perubahan perasaan penerimaan, rasa memiliki, dan interaksi sosial serta perubahan dalam kognitif aktualisasi diri.
Penelitan lain menemukan bahwa indikator penghargaan wanita terhadap diri sendiri tergantung pada penerimaan kondisi fisik (tubuh) (Levy & Ebbeck, 2005). Kesimpulan dari studi tersebut adalah latihan teratur berdampak perubahan positif walaupun kecil. Dalam penelitian kepada anak-anak (Gruber, 1986) bahwa terdapat perubahan positif dalam konsep diri dan penghargaan diri. Hal ini, terkait dengan anak-anak diarahkan untuk bermain melalui aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani lebih baik dalam mengembangkan konsep diri dan kepercayaan diri pada anak.
Pada dasarnya konsep diri bersifat multidimesi, dan beberapa aspek konsep diri (misalnya, fisik) akan lebih efektif dilakukan latihan dari pada yang lain ( misalnya, sosial; Fox, 1997; Marsh, 1997). Sebagai contoh, konsep fisik diri telah ditunjukan untuk menyertakan berbagai factor termasuk kompetisi olahraga, kondisi fisik, daya tarik diri, dan kekuatan fisik serta factor dari kondisi fisik terutama yang dipengatuhi oleh aktivitas diri (Fox, 1997).
Konsep diri yang kuat adalah pengembangan kesehatan psikologis dan penyesuaian diri anak-anak, dan latihan menjadi unsur yang penting dalam membantu anak-anak, orang dewasa untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri. Taylor & Fox (2005), menemuka positif efek dari latihan dalam persepsi fisik diri dan penghargaan diri setelah 40 minggu dalam program latihan (10 minggu) telah selesai.
Berger (1996) mengusulkan program latihan yang dirancang untuk meningkatkan harga diri dan konsep diri harus menekankan pengalaman pada kesuksesan, perasaaan kompetisi diri meingkat, dan pencapaian tujuan. Whaley dan Shrider (2005) menyatakan yang meningkatkan positif persepsi diri pada orang tua berfokus pada kepercayaan diri akan harapan (misalnya, kesehatan dan kemandirian) melawan ketakutan (misalnya, menghindari ketergantungan dan dampak kesehatan negative) menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dari latihan dan kepatuhan.
3. Latihan dan ketabahan
Ketabahan adalah gaya kepribadian yang memungkinkan seseorang untuk menahan atau mengatasi situasi stress. Stress menghasilkan sedikit efek penyakit dalam diri orang yang tabah. Anda orang yang tabah apabila memiliki tiga sifat berikut ini;
§ Perasaan control pribadi atas peristiwa eksternal.
§ Perasaan keterlibatan, komitmen, dan tujuan dalam kehidupan sehari-hari.
§ Keseimbangan dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tidak terduga dengan beranggapan sebagai tantangan atau peluang untuk lebih berkembang (Gentry & Kosaba, 1979).
Olahraga dapat membantu melindungi dari penyakit terkait stress, khususnya untuk orang yang tabah. Beberapa penelitian telah difokuskan kepada kombinasi latihan dengan ketabahan dapat mengurangi beberapa efek negatif stress. Suatu studi menunjukan pengusaha dengan skor yang tinggi antara ketabahan dan latihan lebih sehat dari pada mereka yang dinilai pada satu komponen saja. Penelitian berbeda, meunjukan bahwa latihan dikombinasikan dengan dukungan sosial mengakibatkan sedikitnya jumlah penyakitt pada individu yang tabah (Kosabah, Maddi, Puccetti, & Zola, 1985). Pada dasarnya kepribadian kuat dan latihan merupakan kombinasi yang lebih efektif dalam kesehatan.
4. Fungsi Kognitif
Waktu yang panjang untuk mengasumsikan bahawa perkembangan gerak sangat penting untuk pengembangan dari kecerdasan anak (Piaget, 1936) dan pemebelajaran bermacam macam potensi diri dengan peningkatan kebugaran fisik seseorang. Sejak tahun 1970-an peneliti telah mencari bukti akan validasi dari kedua asumsi. Meskipun beberapa penelitian ini tidak konsisten, tetapi tedapat beberapa dukungan dari peneliti antara hubungan latihan dan fungsi kognitif.
Misalnya, tidak terlalu jelas atau konsekuen menyatakan keuntungan dari latihan dalam fingsi kognitif (Chodzko-Zajko & Moore, 1994; Tomporowski & Ellies,1986). Lebih dari 100 studi (Etnier et al., 1997; Thomas, Landers, Salazer, & Etnier, 1994) menunjukan bahwa latihan memiliki hubungan positif dengan meningkatkan fungsi kognitif. Latihan kronis (jangka panjang), dibandingkan dengan latihan acute (jangka pendek) menjukan efek yang baik dalam peningkatan prestasi kognitif. Program latihan yang dilakukan dengan periode waktu yang lebih lama berhungan dengan keuntungan dengan fungsi kognitif (walaupun hubugan ini tidak menunjukan hubungan sebab akibat).
Kebugaran jantung dan fungsi kognitif pada orang dewasa yang lebih tua
Colcombe & Kramer, (2002); McAuley, Kramer, & Colombo, (2004) telah mengungkapkan beberapa penemuan hubungan antara kebugaran jantung dan fungsi kognitif pada orang dewasa yang lebih tua, antara lain;
§ Latihan kebugaran memiliki efek yang menguntungkan dalam fungsi kognitif pada orang tua. Efek ini lebih besar untuk tugas-tugas yang melibatkan kontrol pelaksanaan (misalnya, pengaturan jadwal, kerja memori, tugas koordinasi).
§ Latihan kebugaran dikombinasikan dengan program kekuatan dan kelentukan memiliki efek positif dalam kongnisi daripada melakukan komponen aerobic saja. pengaruh ini lebih tampak terlihat kepada wanita dari pada pria.
§ Efek latihan pada kognisi yang terbesar saat latihan lebihi 30 menit per sesi.
§ Latihan cardiovascular muncul untuk melindungi otak perhadap efek normal dari penuan dan membantu memperbaiki atau mengembangkan usia otak.
H. PENIGKATAN KUALITAS HIDUP DENGAN LATIHAN
Peneliti telah menyelidiki penelitian secara menyeluruh dan membandingkan bagaimana latihan rutin dapat mempengaruhi kualitas hidup (Barger, 1996; Barger and Motl, 2001; Shepard, 1996). Kualitas hidup didefiniskan sebagai salah satu fungsi kemampuan tingkah laku, atau dapat melakukan kegiatan sehari hari dalam waktu yang cukup lama (Kapla, 1994). Kualitas hidup, menekankan pada semangat jiwa, dari pada kondisi objektif dari kehidupan dan kemakmuran (Mroczek & Kolarz, 1998), dan telah dilihat sebagai kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan psikologis. Kualitas dari hidup telah diteliti di tempat kerja dan menemukan bahawa program latihan rutin dapat meningkatakan perasaan kepuasan hidup karyawan, kepuasan kerja dan harga diri (Thogersen-Ntoumani, Fox & Ntoumanis, 2005).
Kualitas tidur menunjukan hal yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup (Sadeh, Keinan, & Daon, 2004; Youngstedt, 1997). Berikuti ini penelitian yang dapat memberitahukan hubungan latihan dan kualitas hidup (Diener & Suh, 1999);
§ Secara fisik individu yang aktif cendrung memiliki kualitas hidup yang baik, memiliki stamina, memiliki tingkah laku yang baik terhadap pekerjaan, dan kemampuan yang baik dalam mengatasi stress dan ketegangan dari pada orang yang tidak melakukan aktifitas fisik.
§ Latihan menghasilkan peningkatan kecil saat jumlah waktu tidur meskipun tidak berpengaruh terhadap beberapa waktu yang diperlukan untuk tertidur.
§ Partisipasi mahasiswa dalam program pengkondisian daya tahan dilaporkan bahwa kualitas hidup secara signifikan lebih tinggi dari pada yang tidak melakukan latihan.
§ Orang tua yang aktif secara fisik melaporkan kepuasan hidup, tidak tergantung dengan orang lain, secara keseluruhan mereka lebih baik dari pada yang tidak melakukan aktiftas fisik.
§ Variabel sosial seperti pendapatan, pendidikan, status pernikahan, dan umur tidak signifikan terkait persepsi dari kualitas hidup.
§ Kontribusi program latihan terhadap kualitas hidup seseorang dapat mempengaruhi stress, kesehatan fisik, dan kepuasan hidup.
Olahraga dapat memiliki pengaruh kualitas hidup yang negatif apabila seseorang memiliki kebiasan sifat buruk (misalnya, kelelahan, cedera berlebihan, penurunan energi), latihan berhubungan dengan kualitas hidup, yaitu;
§ Peningkatan harga diri, dan konsep diri.
§ Peningkatan kenyamanan perasaaan.
§ Pengurangan perasaaan fiologis dan stress psikologis.
§ Peningkatan rasa kepercayaan diri
§ Menghilangkan mood stress.
§ Penurunan tingkat kecemasan dan depressi.
I. PENGERTIAN DARI RUNNER’S HIGH
Sach (1984) dan Berger (1996) menemukan 27 kata yang berbeda atau frase yang digunakan untuk menyatakan karakteristik dari runner’s high, termasuk perasaan senang, semangat jiwa, kekuatan, keanggunan, gerakan, kesempurnaan, dan aktifitas yang lebih lama. Sach dan Berger bekerjasama dalam menentukan pengertian dari runner’s high seperti sensasi alami perasaan senang selama berlari, biasanya tak terduga, saat pelari merasakan kesejahteraan yang tinggi, peningkatan dari alam, dan melebihi ruang dan waktu.
Olahraga teratur menghasilkan perasaan psikologis yang lebih baik, emosi, dan semangat setelah berlatih. Fenomena ini terjadi pada pelari ketika endofrin bertambah pada pelari setelah lari marathon, endofrin ini bertanggung jawab atas sensasi rasa senang disebur sebagai runner’s high. Runners’s high termasuk rasa kewaspadaan mental dan kesadaran, rasa pembebasan; rasa sakit atau ketidak nyamanan; perasaan tentram, irama sempurna, dan kegembiraan.
J. MENGGUNAKAN LATIHAN SEBAGAI TAMBAHAN TERAPI
Olahraga dapat membantu mengurangi psikologis negative dan dapat meningkatkan perasaan senang, harga diri, serta tingkat produktifitas kerja yang lebih baik. Olahraga telah diperhatikan sejak tahun 1970 (Folkins & Sime, 1981; Griest et al., 1978), dan banyak dokter, professional kesehatan mental merekomendasikan berolahraga kepada pasienya (Hays, 1998, 1999; Rooney, 1993).
Latihan sebagai terapi telah banyak diketahui untuk menghasilkan manfaat fisiologis dalam berbagai variasi rehabilitasi, tetapi manfaat kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis baru ditemukan. Misalnya, depresi dapat menjadi dugaan masa depan untuk pasien serangan jantung, latihan yang mengurangi depresi akan sangat bermanfaat terhadap pasien. Peneliti (Tennant et al., 1994) menyatakan latihan pada penyakit jantung dapat menurunkan kemarahan, permusuhan, depresi, kecemasan, atau gangguan emosional. Skala besar pada sudi yang mempelajari sebab-sebab juga mengindikasikan program olahraga teratur terkait dengan kesehatan mental positif terutama utuk populasi yang beresiko lebih (Wayerer, 1992), dan studi eksperimen menggunakan latihan kepada pasien menunjukan peningkatan mood dan efek penurunan depresi (Martinsen, 1993). Oleh karena itu, banyak bukti mendukung penggunaan latihan untuk meningkatan kesejahteraan psikologis.
Aktivitas aerobic menunjukan peningkatan kesejahteraan psikologis, berlari (berjalan, jogging) mendapat perhatian yang lebih dari para profesional dan literature. Berlari (berjalan, jogging) merupakan hal yang alami, praktis, murah, dan efisien untuk tradisonal psikoterapi (Long & Stavel, 1995). Sebagai contoh, melakukan aktivitas seperti berlari, berjalan, jogging empat kali lebih efektif dari pada menggunakan obat tradisional untuk perawatan depresi (Griest et al., 1978). Terapi berjalan, berlari, jogging bermanfaat sebagai pengaturan pernafasan, dayatahan kardiovascular, meningkatkan masa otot, control berat badan, dan volume darah. Berjalan, merupakan pendekatan terapi positif sebagai promosi kesehatan kepada klien untuk gaya hidup sehat.
Buffone (1984) menyatakan latihan aerobic tidah hanya disarankan hanya kepada orang yang kelebihan berat badan (obesitas) tetapi yang memiliki penyakit jantung, tekanan darah tinggi, yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan. Latihan juga sebagai tindak lanjut untuk orang yang mengalami depresi berat dengan kecendrungan bunuh diri. Oleh karena itu, perawatan khusus harus dilakukan untuk mendukung orang-orang yang menggabungkan latihan sebagai bagian dari terapi.
Pedoman menggunakan latihan sebagai terapi
Berikut adalah beberapa poin penting untuk menggunakan olahraga sebagai bagian dri terapi;
§ Mencari informasi dari klien pengalaman latihan (baik dan buruk pengalaman).
§ Menyediakan diagnosis yang tepat dari masalah psikologis.
§ Menggunakan prinsip latihan individu untuk durasi, intensitas, dan frekuensi dari latihan.
§ Mengevaluasi pengaruh dari keluarga dan teman (dukungan).
§ Mengembangkan rencana kurangnya kepatuhan dari latihan.
§ Membuat latihan praktis dan fungsional (misalnya, bersepeda saat bekerja).
§ Mendorong latihan sebagai tambahan bentuk lain dari terapi. Berbagai bentuk pendekatan terapi lebih efektif dari pada menggunakan pendektan tunggal.
§ Mencangkup berbagai kegiatan yang meningkatakan disiplin terhadap latihan.
§ Pastikan bahwa terapi latihan hanya dilakukan oleh para propesional.
KESIMPULAN
Kesehatan dan kesejahteraan yang optimal mengimplikaskan pengurangan kecemasan, stress, dan depresi. Kondisi fisik yang baik memungkinkan untuk menjalankan tugas harian dengan semangat dan waspada, tanpa kelelahan yang tidak beralasan, dan enrgi untuk merasakan kebahgian.
Keuntungan dari aktivitas (latihan) teratur dapat (1) mengurangi kegelisahan dan stress, (2) merunkan tingkat depresi yang ringan maupun sedang, (3) berkurangnya ketegangan saraf dan otot, (4) mengatur emosional baik tua maupun muda, (5) meningkatkan kesehatan secar fisiologis dan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Brian J. Sharkey. (2003). Kebugaran dan kesehatan. (Terjemahan Eri Desmarini Nasution). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Winberg, R. S., & Daniel Gould. (2007) Foundation of sport and exercise psychology (4th ed.). USA: Human Kinetics.
0 Response to "Olahraga dan Well-being"
Posting Komentar